Kesehatan Mental



1.      Arti Penting Stress
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan

Mengutip pengertian stress dari Handoko (1993), stress merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Kondisi yang cendrung menyebabkan stress disebut stressor. Menurut Cary Cooper dan Alison Straw (1992) dari British Institute of Management, gejala stress dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu:
      1.      Gejala fisisk:
·         Nafas memburu
·         Mulut dan kerongkongan kering
·         Tangan lembab
·         Merasa panas
·         Otot-otot tegang
·         Pencernaan terganggu
·         Mencret-mencret
·         Sembelit
·         Letih tak beralasan
·         Sakit kepala
·         Salah urat’gelisah

     2.      Tingkah Laku (secara umum):
·         Bingung, cemas, dan sedih
·         Jengkel
·         Salah paham
·         Tak berdaya
·         Tak mampu berbuat apa-apa
·         Gelisah
·         Merasa gagal
·         Tak menarik
·         Kehilangan semangat

    3.      Kesulitan dalam:
·         Berkonsentrasi
·         Berpikir jernih
·         Membuat keputusan

    4.      Hilangnya:
·         Kreativitas
·         Gairah dalam penampilan
·         Minat terhadap orang lain

Coping Stress
            Coping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan,, respons terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu dapat berupa perubahan cara berfikir (kognitif), perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi. Coping yang efektif akan menghasilkan adaptasi. Coping dapat di identifikasi melalui respons, manifestasi, (tanda dan gejala) dan pertanyaan klien dalam wawancara. (Keliat. B, A 1998)
Jenis-Jenis Coping
Sarafino (dalam Smet 1994) menyatakan bahwa dalam menghadapi stressor ada dua jenis coping yang digunakan, yaitu:
      a.   Emotional Focus Coping, digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui perilaku individu, seperti penggunaan alcohol, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang ’stressfull’ individu akan cendrung untuk mengatur emosinya.
   b.  Problem Focus Coping, digunakan untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. individu akan cendrung menggunakan strategi ini, bila yakin akan dapat mengubah situasi.

Coping menurut Carven (1989) dibagi dua bagian, yaitu memfokuskan pada masalah dan memfokuskan pada emosi. Jenis-jenis coping yang memfokuskan pada pemecahan masalah berupa:

1)      Keaktifan diri, adalah suatu tindakan yang mencoba menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stress atau untuk memperbaiki akibat yang ditimbulkan, dengan kata lain bertambahnya usaha seseorang untuk melakukan coping, antara lain dengan bertindak langsung.
2)      Perencanaan, adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stress, contohnya dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan tentang langkah apa yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah.
3)      Control diri, adalah individu membatasi keterlibatannya dalam aktivitas kompetisi atau persaingan dan tidak terburu-buru, menunggu sehingga layak untuk melakukan suatu tindakan dengan mencari alternatif lain.
4)      Mencari dukungan sosial, adalah mencari nasehat, pertolongan, informasi, dukungan moral, empati, dan pengertian
Sedangkan Coping yang memfokuskan pada emosi, yaitu berupa:
a)      Mengingkari, adalah suatu tindakan atau pengingkaran terhadap suatu masalah
b)      Penerimaan diri, adalah suatu situasi yang penuh dengan tekanan sehingga keadaan ini memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut
c)      Religus, adalah sikap individu untuk menenangkan dan menyelesaikan masalah-masalah secara keagamaan

Karakteristik Coping yang tidak efektif
Beberapa coping yang tidak efektif antara lain:
·         Menyatakan tidak mampu
·         Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif
·         Perasaan cemas, takut, marah, tegang, gangguan psikologis seperti sindrom pramenstruasi, dan adanya stress kehidupan
·         Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, perilaku merusak



    2.      Teori Kepribadian Sehat

Menurut Allport
Kepribadian yang matang diartikan secara berbeda-beda oleh banyak orang. Ada yang mengartikan kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan dengan bijaksana. Beberapa mahasiswa menunjuk pada kemampuan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dengan baik, seperti memiliki pekerjaan dan filsafat hidup yang mantap, kodisi batin dan stabil, dan sebagainya. Tulisan ini menyajikan kriteria yang lebih utuh mengenai kepribadian yang matang dari seorang sesepuh yang ikut merintis psikologi, yakni Gordon W.Allport (1897-1967). Hingga saat ini teori-teorinya (tentang kepribadian yang sehat) tetap relevan. Berikut adalah tujuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat:

Ø  Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekedar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebh dari itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh yang oleh Allpot disebut “ partisipasi otentik “. Orang yang semakin terlibat sepenuhnyadengan berbagai aktivitas, orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga, kegemaran, dan keanggotaan dalam politik, agama, dan sebagainya.
Ø  Relasi Sosial yang Hangat
Orang yang sehat secara psikologis, mampu mengembangkan relasi intim dengan orang tua, anak, pasangan, dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Orang sehat dapat menerima kelemahan manusia, dan mengetahui dirinya juga memiliki kelemahan.

Ø  Keamanan Emosional
Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif terhadap kelemahan tersebut. selain itu kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak menganggu hubungan antar pribadi. Kualitas dari kepribadian sehat adalah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai keinginan atau kehendak. Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan taka man dan ketakutan. Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menangguli perasaan tersebut secara lebih baik.

Ø  Presepsi Realistis
Orang-orang sehat memandang dunia secara objektif. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.

Ø  Keterampilan dan Tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri didalam pekerjaan tersebut.kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaan kita, dan lebih dari ituharus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas dan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat begitu kuat, sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berhubungan dengan rasa tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif.

Ø  Pemahaman Diri
Memahami diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. ini memerlukan usaha memahami diri sendiri sepanjang kehidupan secara objektif.untuk mencapai pemahaman diri yang memadai dituntut pemahaman tentang dirinya  menurut keadaan sesungguhnya. Jika gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, individu semakin matang.

Ø  Filsafat Hidup
Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness).

Menurut Carl Rogers
            Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, “ide-ide dan konsep teorinya dapat didapatkan dalam pengalaman-pengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori Rogers yaitu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor dapat menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
            Menurut Rogers, motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet training, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
            Aktualisasi diri (self actualization) merupakan bagian dari kecendrungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecendrungan itu sendiri. Kecendrungan aktualisasi merujuk pada pengalaman organisme dari individu; sehingga hal tersebut merujuk pada manusia secara keseluruhan, kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif. Sebaliknya, aktualisasi diri adalah kecendrungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran.
            Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena adanya nilai diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensive namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
     1.      Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul presepsi baru. dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
     2.      Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari hidup eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cendrung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
     3.      Kepercayaan Terhadap Organisme Orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman hidup itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
     4.      Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atu rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa dimasa lampau sehingga ia dapat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya,
     5.      Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organism mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensive, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.


SUMBER:

Dra. MM Nilam, W Msi. (2009). Seri Psikologi Populer: Kunci Pengembangan Diri.
            Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, anggota ikapi

D. Tiala: Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: (Psikolgi Aliran Humanisme)

Feist, J & dkk. (2009). Teori Kepribadian Theories of Personality edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika

Umar, H. (1998). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Jtptuminus-gdl-dyasdindan-5184-3-bab 2.pdf
(tinjauan pustaka)

Chapter II. pdf
(landasan teori)

Bab 2.pdf 
(tinjauan pustaka)

http://id.wikipedia.org/wiki/Stres  




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Time of Your Life, Bagimu Masa Muda Hanya Sekali

Psikologi dan Internet dalam Lingkup Transpersonal

Sistem Informasi Psikologi