Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

PERTEMUAN II (Artikel 6)

ARTIKEL 6 Person Centered Therapy Terapi yang berpusat pada klien (clein-centered) terlihat sederhana dalam teori, namun cukup sulit dalam praktiknya. Singkatnya, pendekatan yang berpusat pada klien berpendapat bahwa orang-orang yang rentan atau cemas, dapat berkembang secara psikologis jika bertemu dengan terapis yang kongruen dan yang mereka rasakan sebagai orang yang mampu memberikan nuansa penerimaan tidak bersyarat dan empati yang akurat. Akan tetapi, disanalah letak kesulitannya. Kualitas dari kongruensi, penerimaan positif tidak bersyarat, dan pengertian secara empati tidak mudah untuk dimiliki oleh seorang konselor. Seperti teori yang berpusat pada pribadi, pendekatan konseling yang berpusat pada klien dapat dinyatakan dalam bentuk jika-lalu. Jika kondisi kongruensi, penerimaan positif tidak bersyarat, dan mendengarkan secara empati dari terapi tersedia dengan baik dalam hubungan klien-konselor, maka proses terapi dapat terjadi. Jika proses terapi terjadi, maka be

PERTEMUAN II (Artikel 5)

ARTIKEL 5 Terapi Humanistik Eksistensial    Bagi Maslow tujuan terapi adalah agar klien-kliennya dapat memiliki nilai-nilai kehidupan, yaitu untuk menghargai kejujuran, keadilan, kebaikan,kesederhanaan, dan seterusnya. Untuk mencapai tujuan ini, klien-klien harus terbebas dari ketergantungan mereka terhadap orang lain sehingga keinginan alami mereka mencapai pertumbuhan dan altualisasi diri dapat aktif. Psikoterapi tidak bisa bebas dari nilai tetapi harus dipertimbangkan kenyataan bahwa semua orang mempunyai kecendrungan bawaan untuk berkembang menuju kondisi yang lebih baik , yaitu aktualisasi diri. Tujuan psikologi mengikuti posisi klien pada hirarki kebutuhan karena kebutuhan fisiologis dan rasa aman merupakan kebutuhan yang kuat. Orang-orang yang berada pada level ini tidak akan langsung termotivasi untuk mendapat psikoterapi. Melainkan, mereka akan berusaha untuk memperoleh makanan dan perlindungan. Sebagian besar orang yang mencari terapi mempunyai dua kebutuhan di leve

PERTEMUAN II (Artikel 4)

ARTIKEL 4 Konsep Dasar Teori Psikoanalisis Kesadaran Alam sadar (conscious), yang memainkan peran tak berarti dalam psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah salah satunya tingkatk kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk kea lam sadar. Pintu pertama adalah melalui sistem kesadaran perseptual   (perceptual conscious),yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi peresepsi kita tentang stimulus dari luar. Dengan kata lain, hal-hal yang kita rasakan melalui indera dan tidak dianggap mengancam, masuk kedalam alam sadar. Sumber kedua bagi elemen alam sadar ini datang dari dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang dtang dari alam bawah sadarmaupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.seperti dijelaskan sebelumnya, g

PERTEMUAN II (Artikel 3)

ARTIKEL 3 Person Centered Therapy (Rogers) Terapi yang berpusat pada klien (clein-centered) terlihat sederhana dalam teori, namun cukup sulit dalam praktiknya. Singkatnya, pendekatan yang berpusat pada klien berpendapat bahwa orang-orang yang rentan atau cemas, dapat berkembang secara psikologis jika bertemu dengan terapis yang kongruen dan yang mereka rasakan sebagai orang yang mampu memberikan nuansa penerimaan tidak bersyarat dan empati yang akurat. Akan tetapi, disanalah letak kesulitannya. Kualitas dari kongruensi, penerimaan positif tidak bersyarat, dan pengertian secara empati tidak mudah untuk dimiliki oleh seorang konselor. Seperti teori yang berpusat pada pribadi, pendekatan konseling yang berpusat pada klien dapat dinyatakan dalam bentuk jika-lalu. Jika kondisi kongruensi, penerimaan positif tidak bersyarat, dan mendengarkan secara empati dari terapi tersedia dengan baik dalam hubungan klien-konselor, maka proses terapi dapat terjadi. Jika proses terapi